PENENG MERAH

Tahun 1962 Ayah dan Emak beserta delapan orang anak pindah dari Jakarta ke Rumbai, Pekanbaru, atas rekomendasi Abang Ayah, Ayah diterima bekerja di Central Shop Rumbai. Semua pegawai mendapat Peneng (Badge) kalau tidak salah ada empat warna peneng, kuning, hijau, biru dan merah. Sebagai pegawai Harian Ayah mendapat peneng warna Kuning. Agar tidak jauh dari tempat kerja, Ayah menyewa rumah di kampung Bedeng, Rumbai.

Rupanya warna peneng itu menunjukkan privilege pegawai yang bersangkutan, misalnya warna kuning untuk pegawai harian.   Pegawai dengan Peneng kuning dan  keluarganya kalau berobat harus ke Klinik dekat terminal bus Panjang, untuk berekreasi atau pangkas rambut atau menonton film tempatnya di Sanggar Karyawan dekat lapangan bola.  Kalau mengambil catu makanan dalam bentuk natura di Komisri Bawah.

Natura atau jatah bahan makanan diantaranya beras, setiap anggota keluarga mendapat jatah 10 Kg, sehingga Ayah beserta keluarga, anak delapan orang, mendapat jatah 100 Kg atau satu Kuintal. Untuk mengambil jatah Ayah membuatkan gerobak sehingga tiap bulan saya dan adik mengantri jatah natura di Komisri Bawah. Pertama kita harus mendaftar dan menyerahkan peneng lalu, menunggu panggilan untuk mengambil pembagian. Selain beras ada minyak makan, sabun, gula, garam dan lain lain. Biasanya ada pengepul yang mau menampung seandainya ada yang mau menjual bagiannya. Karena natura yang diperoleh Ayah cukup banyak maka sebagian dijual dan uangnya untuk menambah uang belanja dan uang sekolah kami.

Waktu itu saya dan kakak baru naik kelas 3 SMP, kebetulan SMP Indrapura Caltex Rumbai baru dibuka dan Alhamdulillah kami diterima sebagai murid di sekolah tersebut. Jumlah murid kelas 3 sekitar 12 orang, sebagian tinggal di Komplek dan sebagian lagi, kakak saya, saya dan 3 kawan lain tinggal di kampung Bedeng. Usai sekolah kami pulang jalan kaki, sedangkan kawan kawan lain bisa pulang naik bus round yang rutin berkeliling komplek.

Konon ceritanya pegawai dengan peneng merah atau pegawai staff kalau berobat di Rumbai Hospital, untuk berekreasi dan pangkas rambut di Rumbai Country Club, kalau belanja keperluan sehari hari di Komisri Atas. Suatu saat Emak mendapat Daging dan Ikan Beku dari Tante, kemungkinan beli di Komisri Atas. Mula mula kami agak bingung juga karena seumur- umur belum pernah lihat daging atau ikan beku dari freezer. Saya tidak tahu apa yang dilakukan Emak, yang pasti hari itu kami makan pakai lauk daging dan ikan. Biasanya Emak yang kadang- kadang ditemani saya atau kakak belanja ke Pasar Bawah membeli bumbu dapur dan ikan asin.

Saya berangan-angan suatu saat nanti bisa bekerja di Caltex sebagai pegawai staff dan dapat peneng warna merah sehingga bisa menikmati fasilitas yang ada dalam Camp (Komplek Perumahan Perusahaan).

Tahun 1964 beberapa bulan sebelum banjir besar di Rumbai kampung Bedeng dan sekitarnya, kami kakak beradik ikut Ayah dan Emak pindah Kembali ke Jakarta. Alasan utama Ayah pindah adalah agar kami anak anaknya bisa melanjutkan sekolah karena di Jakarta waktu itu sekolah relative mudah dan dekat jaraknya.

Setelah tamat SMA dan kuliah sampai tingkat 3 saya ikut kursus computer, tahun 1970 saya bekerja di salah satu perusahaan perintis computer sampai tahun 1975 setelah bekeluarga dan punya anak satu saya teringat lagi angan-angan untuk bekerja di Caltex dan mendapatkan Peneng Merah.

Singkat cerita saya melamar kerja di Caltex, pada waktu interview ditanya alasan mau bekerja di Caltex, saya jawab alasannya karena di Caltex ada peluang besar untuk mempelajari ilmu computer dan Computer Software dan Hardware salah satu yang paling canggih di Indonesia. Saya tidak bilang bahwa alasannya adalah agar dapat peneng merah. Diterima dengan Salary Class 8 (staff) karena walaupun saya tidak punya ijazah S1, rupanya setiap tahun pengalaman dibidang computer disamakan dengan satu tahun kuliah. Jadi tingkat tiga ditambah empat tahun pengalaman disamakan dengan lulusan S1 dan dapat Peneng Merah.

Tiga bulan bekerja sebagai pegawai kita boleh mengundang orang tua ke Rumbai, karena Ayah sudah almarhum maka Emak dan Ibu Mertua yang datang berkunjung. Kalau dulu Emak tidak boleh masuk Rumbai Country Club, sekarang Emak dan Mami boleh masuk Rumbai Country Club dan bisa mencicipi Hamburger dan Steak serta bisa belanja di Komisri Atas dengan bebas berkat Peneng Merah.

 

Tebet 11-May-2021 (Safri Ishak)